Kembali ke Nusa Kambangan

Jumat dan Sabtu yang lalu aku kembali ke Nusa Kambangan. Bukan.... bukan sebagai mantan napi yang kembali menjadi napi. Aku ke sana dalam rangka bakti sosial untuk napi-napi yang tinggal di sana. Ini merupakan kunjuganku yang ketiga. Ada beberapa perubahan yang terlihat di sana dibanding kunjunganku sebelumnya.

Pertama, jumlah LP. Ketika aku mengunjungi pertama dan kedua kali, jumlah LP di Nusa Kambangan hanya ada 4 buah, yaitu LP Batu, LP Besi, LP Kembang Kuning, LP Permisan. Sejak tahun lalu, jumlah LP bertambah 1. Nama LP sebenarnya tidak aku ingat, karena LP ini lebih dikenal sebagai SMS (Super Maximum Security). Nama ini menunjukkan tingkat pengawasan yang tentu lebih tinggi dibanding LP lainnya. Ada 4 gerbang yang harus dilalui untuk memasuki LP tersebut, sedangkan LP lainnya hanya 2 gerbang. Setiap pengunjung yang akan masuk ke LP ini harus mendapatkan stempel satu kali di tangannya dan sekali lagi ketika keluar. Ada juga yang mengatakan SMS sebagai singkatan Super Mewah Sel. Meski tidak tepat susunan katanya, tapi cukup menjelaskan bahwa LP ini memang sangat mewah dibanding LP lainnya. Hanya di SMS saja dijumpai AC! Yah, memang LP ini dihuni oleh napi-napi khusus yang perlu penjagaan khusus dan pelayanan khusus, seperti Gunawan Santoso.

Kedua, kondisi jalan di Pulau Nusa Kambangan. Meskipun sama-sama beraspal, kondisi jalan saat ini sudah lebih baik. Pada bagian depan (yang aku maksudkan dengan bagian depan adalah bagian selatan pulau yang memiliki pelabuhan feri penyeberangan ke Pulau Jawa) jalan sudah dilapis ulang dengan hotmix. Perbaikan jalan masih berlangsung dan baru mencakup kira-kira setengah panjang jalan.

Ketiga, kondisi pantai Permisan. Pantai Permisan adalah pantai yang sangat indah, karena itu disebut Permisan yang merupakan akronim permai, indah, berkesan. Ada satu LP yang disebut sebagai LP Permisan, karena letakknya yang berdekatan dengan Pantai Permisan. Pantai Permisan merupakan pantai selatan Pulau Nusa Kambangan. Ombak keras Samudra Indonesia membuat batu-batu cadas di bibir pantai menjadi batu yang indah. Percikan air laut dengan kecepatan tinggi yang memukul batu cadas membuat suatu pemandangan indah berupa kabut di atas permukaan air laut. Foto di sebelah ini bukan foto yang buram, tapi memang batu cadas tampak samar-samar karena tertutup oleh kabut percikan air laut. Pantai ini dipakai oleh Kopassus untuk melakukan upacara pelantikan, tidak heran kalau di atas satu batu cadas tertancap pisau komando Kopassus dalam ukuran besar. Foto di samping memperlihatkan pisau komando yang berdampingan dengan pohon kelapa di atas cadas. Dalam kunjungan pertama dan keduaku, pantai ini dipakai oleh rombongan bakti sosial untuk acara makan siang. Ada bangunan berdinding beton dan beratap sirap yang kami pakai untuk duduk-duduk di pantai. Semuanya sekarang sudah tidak ada, karena terhapus oleh gelombang tsunami pada tahun 2006 yang lalu. Inilah perbedaannya. Bentuk pantai juga sudah berubah. Namun keindahan pantai Permisan masih tetap ada. Keindahan yang berbeda.

Melinda