Bahwa Bandung terkenal dengan tujuan orang berlibur adalah bukan rahasia lagi. Setiap liburan, Bandung selalu dipenuhi oleh orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia. Perhatikan saja nomor polisi pada mobil-mobil pribadi yang bukan D (Bandung). Plat B (Jakarta) memang paling banyak, tetapi juga ada E (Cirebon), A (Banten), Z (Priangan Selatan), bahkan AB (Yogyakarta) dan L (Surabaya). Hal ini tentu menyebabkan Bandung semakin macet; macet di jalan, dan “macet” mendapatkan hotel nyaman di hari libur. Hal tersebut cukup membuktikan reputasi Bandung sebagai tujuan wisata – sekalipun seringkali menyebabkan orang Bandung tidak nyaman.Selain wisata belanja dengan berbagai FO dan wisata alam di sekitar Bandung, wisata kuliner juga tidak kalah menarik. Dengan udara yang masih lebih sejuk dibanding Jakarta, ada satu area yang menyajikan berbagai makanan yang maknyus. Bagi pencipta kuliner, area Pasirkaliki-Gardujati-Klenteng seharusnya menjadi tawaran menggiurkan.
Jarak tempuh sekitar 3 km adalah jarak ideal untuk makan dan jalan. Mulai dari bagian atas, yakni Klenteng. Pagi-pagi, makan nasi campur dengan sekbak. Daging B2 yang tidak terlalu berlemak pada nasi campur di Jalan Klenteng itu dan kuah sekbak yang segar, membuat semangat makan meningkat. Rasanya memang beda, dan mantap, namun jangan buat perut kenyang seketika. Beri waktu untuk “istirahat” sedikit untuk menyantap swike di seberangnya.
Setelah cukup kenyang, mulailah perjalanan kaki menuju pusat jajan di Pasirkaliki, tidak jauh dari perempatan Kebonjati-Gardujati-Paskal sebelum Hotel Hilton. Agak jauh memang, sekitar 2 km, tetapi pasti menyehatkan bodi. Keluarnya keringat pada waktu berjalan di waktu menjelang siang itu berarti meringankan tubuh dari beban timbunan kolesterol.
Di Paskal ini, kalau malam suasananya menyenangkan , tamu seperti makan di trotoar. Makanan di foodcourt ini berasal dari berbagai makanan favorit di Bandung. Tinggal milih: ada Bakut Ahon, bakmi Asia, Martabak, somai, otak2, soto-soto. Pokoknya lengkap makanan khas Bandung yang penjualnya telah dikenal masyarakat sejak dulu. Jangan lewatkan mencicipi martabat capucino-keju. Rasa capucino-nya lama menempel di lidah.
Setelah makan bisa jalan-jalan dulu di sekitar pusat jajan yang sekaligus pusat perbelanjaan itu. Ada juga tempat spa atau salon, atau siapa tahu mau beli pakaian. Manjakan diri setelah banyak makan hari itu.
Menjelang malam, teruskan perjalanan dengan berbalik ke arah Gardujati, tempat kuliner spesial malam. Di sini, tamu memang makan betul-betul di trotoar. Ada setumpuk gerobak menjajakan menu makanan. Jangan lewatkan bubur ayam di depan Hotel Trio dengan isi lengkap. Kalau masih kurang hangat, tambah dengan ronde atau sekoteng di gerobak sebelahnya.
Kalau kebetulan tidur di hotel sekitar Gardujati dan kebetulan pada malam Minggu, maka pagi esok harinya masih bisa mencicipi makanan jalanan di depan GKI Kebonjati. Menu-menunya menarik dan lengkap, tetapi hanya pada pagi hari saja. Pokoknya, setiap ke Bandung, ingat-ingat satu area yang dipenuhi dengan berbagai menu makanan dengan jarah tempuh berjalan kaki saja. (RR)