Kembali ke Nusa Kambangan

Jumat dan Sabtu yang lalu aku kembali ke Nusa Kambangan. Bukan.... bukan sebagai mantan napi yang kembali menjadi napi. Aku ke sana dalam rangka bakti sosial untuk napi-napi yang tinggal di sana. Ini merupakan kunjuganku yang ketiga. Ada beberapa perubahan yang terlihat di sana dibanding kunjunganku sebelumnya.

Pertama, jumlah LP. Ketika aku mengunjungi pertama dan kedua kali, jumlah LP di Nusa Kambangan hanya ada 4 buah, yaitu LP Batu, LP Besi, LP Kembang Kuning, LP Permisan. Sejak tahun lalu, jumlah LP bertambah 1. Nama LP sebenarnya tidak aku ingat, karena LP ini lebih dikenal sebagai SMS (Super Maximum Security). Nama ini menunjukkan tingkat pengawasan yang tentu lebih tinggi dibanding LP lainnya. Ada 4 gerbang yang harus dilalui untuk memasuki LP tersebut, sedangkan LP lainnya hanya 2 gerbang. Setiap pengunjung yang akan masuk ke LP ini harus mendapatkan stempel satu kali di tangannya dan sekali lagi ketika keluar. Ada juga yang mengatakan SMS sebagai singkatan Super Mewah Sel. Meski tidak tepat susunan katanya, tapi cukup menjelaskan bahwa LP ini memang sangat mewah dibanding LP lainnya. Hanya di SMS saja dijumpai AC! Yah, memang LP ini dihuni oleh napi-napi khusus yang perlu penjagaan khusus dan pelayanan khusus, seperti Gunawan Santoso.

Kedua, kondisi jalan di Pulau Nusa Kambangan. Meskipun sama-sama beraspal, kondisi jalan saat ini sudah lebih baik. Pada bagian depan (yang aku maksudkan dengan bagian depan adalah bagian selatan pulau yang memiliki pelabuhan feri penyeberangan ke Pulau Jawa) jalan sudah dilapis ulang dengan hotmix. Perbaikan jalan masih berlangsung dan baru mencakup kira-kira setengah panjang jalan.

Ketiga, kondisi pantai Permisan. Pantai Permisan adalah pantai yang sangat indah, karena itu disebut Permisan yang merupakan akronim permai, indah, berkesan. Ada satu LP yang disebut sebagai LP Permisan, karena letakknya yang berdekatan dengan Pantai Permisan. Pantai Permisan merupakan pantai selatan Pulau Nusa Kambangan. Ombak keras Samudra Indonesia membuat batu-batu cadas di bibir pantai menjadi batu yang indah. Percikan air laut dengan kecepatan tinggi yang memukul batu cadas membuat suatu pemandangan indah berupa kabut di atas permukaan air laut. Foto di sebelah ini bukan foto yang buram, tapi memang batu cadas tampak samar-samar karena tertutup oleh kabut percikan air laut. Pantai ini dipakai oleh Kopassus untuk melakukan upacara pelantikan, tidak heran kalau di atas satu batu cadas tertancap pisau komando Kopassus dalam ukuran besar. Foto di samping memperlihatkan pisau komando yang berdampingan dengan pohon kelapa di atas cadas. Dalam kunjungan pertama dan keduaku, pantai ini dipakai oleh rombongan bakti sosial untuk acara makan siang. Ada bangunan berdinding beton dan beratap sirap yang kami pakai untuk duduk-duduk di pantai. Semuanya sekarang sudah tidak ada, karena terhapus oleh gelombang tsunami pada tahun 2006 yang lalu. Inilah perbedaannya. Bentuk pantai juga sudah berubah. Namun keindahan pantai Permisan masih tetap ada. Keindahan yang berbeda.

Melinda

Delta Sungai Mekong, salah satu contoh keunggulan Vietnam menjual wisata

3 Juli 2008

Hari ini kami ikut tour ke Delta Sungai Mekong, salah satu delta sungai terbesar di dunia. Sebetulnya lebih tepat disebut delta-delta, karena jumlahnya banyak.

Lebar muara sungai Mekong 2 km. di muara sungai Mekong terdapat banyak delta yang cukup besar sehingga bisa dihuni membentuk perkampungan, juga perkebunan. Dengan biaya $9, kami dibawa untuk merasakan sensasi menaiki perahu,




sampan, delman,

berhenti di tempat yang menyajikan aneka buah yang ditanam di delta, menyaksikan kesenian setempat, bersentuhan dengan ular phyton (cuma diriku diantara kami bertiga yang agak berani dipeluk ular, meski sambil teriak-teriak ketakutan. hehehe...),



makan siang dan mengunjugi pabrik pembuatan permen dari kelapa.

Dari pengalaman 11 hari berwisata di Vietnam, kami melihat Vietnam memang siap menjual pariwisata. Tempat-tempat wisata mudah dijangkau karena ada banyak agen travel yang menjualnya. Bukan hanya turis luar negeri, orang Vietnam sendiri juga menggunakan agen yang sama. Ada koordinasi yang bagus dalam pengaturan turis-turis. Misalnya wisata ke Mekong ini. Ada beberapa jenis wisata Mekong yang ditawarkan, mulai dari wisata 1 hari, 2 hari, 3 hari sampai yang menyeberangi Kamboja atau Thailand, berikut pengurusan visanya. Pengaturan sedemikian rupa baiknya, sehingga dalam 1 minibus kami bisa bertemu dengan turis dengan program yang berbeda tanpa merasa terganggu satu sama lain. Contoh lain yang memperlihatkan kesiapan Vietnam dalam menjual pariwisata adalah pengalaman di salah satu delta yang menyajikan pertunjukan kesenian. Sedemikian teraturnya, meskipun ada beberapa rombongan turis, pertunjukan bisa disaksian bergiliran tanpa turis merasakan telah melakukan antre sebelumnya.

Belum lagi kendaraan-kendaraan untuk membawa turis. Selain bis yang bagus, turis bisa juga menggunakan kereta api atau pesawat terbang.

Kemudian, tempat-tempat wisata yang ditawarkan. Hampir semua tempat wisata merupakan barang baru, artinya kalaupun merupakan peninggalan sejarah, bukan merupakan peninggalan berabad-abad. Cu Chi Tunnel, misalnya, usianya belum setengah abad,. Atau kuburan-kuburan raja Nguyen usianya belum mencapai 2 abad. Tapi bisa menjadi tempat wisata yang menarik.

Satu hal lagi yang menarik, kami nyaris tidak pernah melihat tumpukan sampah yang tidak pada tempatnya. Jalan-jalan bersih, begitu juga pasar. Di bawah setiap meja makan restoran disediakan tempat sampah, jadi tidak ada alasan untuk membuang sampah sembarangan. Dan.... anehnya, meskipun lalu lintas ramai, terutama di Saigon, udara terasa bersih. Upil bisa jadi indikator kebersihan udara kan? Selama di vietnam, nyaris hidung kami bersih. Begitu juga dengan rambut yang tidak perlu dikeramas tiap hari seperti di Tangerang. Dan kami tidak takut-takut mencoba kebiasaan orang Vietnam yang makan sambil duduk di kaki lima di pinggir jalan yang cukup ramai lalu lintasnya.





Melinda

War remnant museum dan reunification palace di Saigon

4 Juli 2008


Hari ini adalah hari terakhir kami di Vietnam. Masih ada beberapa jam sebelum check in di bandara. Jadi setelah check out dari hotel jam 7 pagi, kami mengunjungi war remnant museum dan reunification palace di dalam kota Saigon, sambil membawa ransel-ransel kami. Di War Remnant Museum kami melihat foto-foto jaman perang Vietnam Selatan dan Utara, kendaraan-kendaraan perang, senjata, bom. Yang paling menarik adalah bangunan penjara. Entah bekas bangunan penjara sebenarnya atau bukan, tapi bangunan itu menunjukkan jahatnya perang. Ada beberapa sel yang berisi "tahanan perang" dengan wajah yang membuat hati kami ngilu.


Di Museum kami mendapat kabar Mama terserang stroke. Hal ini membuat kami tidak nyaman lagi dan ingin waktu segera berlalu.

Reunification palace terletak tidak jauh dari museum. Gedung ini masih digunakan sebagai kantor. Letaknya di sebuah taman yang besar. Meskipun dekat dari museum, tapi karena kami tidak tahu letak pintu masuknya, kami mengelilingi 3/4 taman untuk mencapai pintu gerbang masuk ke palace. Lumayan lelah, karena kami berjalan sambil menggendong ransel. Istana ini mirip-mirip dengan gedung asia-afrika di Bandung, hanya jauh lebih besar. Mirip dalam hal kandungan sejarahnya. Gedung terdiri dari 4 lantai, masing-masing lantai mempunyai beberapa ruang bersejarah, mulai dari ruang rapat, ruang nonton film, kamar, ruang judi.... Entah karena bawaan perasaan hati yang sudah tidak karuan atau memang tempat ini tidak menarik.... rasanya tidak ada kesan yang mendalam bagi kunjungan ke gedung ini.

Liburan kami berakhir di pinggir taman tidak jauh dari reunification palace, sambil makan Bahn Bao (bapao) yang kami beli di depan hotel tadi pagi. Rasanya sedikit berbeda dengan yang ada di Jakarta, karena ada daun basil dan daun-daun lain yang biasanya ada di Bahn Mi. Enak. Liburan yang sangat berkesan. Rasanya 11 hari belum cukup, karena masih banyak tempat-tempat menarik yang belum kami kunjungi. Mudah-mudahan ada lain kali......


Melinda

Wisata dengan bis antara Hue - Saigon


1 Juli 2008

Hari ini kami berangkat ke Saigon naik bis. Rute pertama ditempuh dengan bis biasa selama 4 jam dari Hue ke Hoi An. Pemandangan sepanjang jalan bagus. Kami melewati pantai, danau dan terowongan sepanjang 6,3 km yang menembus gunung. Di Hoi An kami berhenti 5,5 jam, kami memanfaatkannya dengan mengelilingi kota tua di Hoi An.

Kota ini banyak dipengaruhi budaya Cina, terlihat dari bangunan-bangunanny a. (Menurut buku Lonely Planet, bukan hanya Cina, tapi juga Jepang dan Eropa) Kota ini terletak di pinggir laut, bentuk jalan-jalan di kota tua mirip di Kuta, tapi jauh lebih sepi.

Beberapa hari yang lalu kami menyaksikan di TV siaran langsung pesta miss universe yang diadakan di kota ini. (Ada putri dari Indonesia lho! Yang menarik, mereka terus mengipas-ngipas karena panasnya, dan harus tetap cantik! Ada juga sih yang mukanya jadi ga karuan karena keringat) Kami melihat jembatan yang menjadi panggung tempat putri-putri seluruh dunia melepas lilin di dalam bunga teratai dari kertas ke sungai. Panggung sudah mulai dibongkar.


Hari-hari terakhir rasanya seperti diburu-buru, wisata yang kami lakukan hanya untuk mengisi waktu yang ada sebelum bis berangkat. Tapi kami menikmati suasana kota yang berbeda dibanding kota-kota lain yang sudah kami kunjungi beberapa hari yang lalu. Ada jembatan buatan Jepang di kota tua ini, tapi kami tidak berhasil menemukannya. Sepertinya agak jauh.
 
Setelah mengelilingi kota tua, masih ada waktu 2 jam sebelum bis berangkat. Kebetulan ada warnet, 1 jam kami pakai untuk buka yahoomail... waw! sudah ratusan email belum dibuka.

Sebelum naik bis lagi, kami sikat gigi, cuci muka dan tangan di kantor agen bus. Lumayan, terasa lebih segar, meskipun tidak mandi. Setelah itu, sejak jam 6 sore itu, kami terus berada di dalam
sleeper bus selama 25 jam. Berhenti cuma untuk ganti bis di Nha Trang besok paginya dan makan siang . Sebelum berangkat, kami sempat makan Bahn Mi, hotdog ala Vietnam yang kami makan di Saigon beberapa hari yang lalu. Isi Bahn Mi ternyata bervariasi, baik bentuk olahan babinya, pastanya maupun isi lainnya. Itu makan terakhir kami sebelum makan siang jam 13.30 esok harinya yang juga kurang berbobot, hanya noodle soup.

Sebetulnya, menurut jadwal, di Nha Trang ada waktu 2 jam sebelum pindah ke bis lain. Tapi bis pertama sempat berhenti
untuk ganti ban dan terhambat macet karena kecelakaan. Jadi kami tiba di Nha Trang terlambat 3 jam. Nha Trang adalah sebuah kota pantai juga. dan kelihatannya paling modern dibanding tempat lainnya di Vietnam. Banyak hotel berbintang di Nha Trang. Mungkin karena itulah kota ini dipakai sebagai tempat penyelenggaraan pemilihan Miss Universe. Sayang, kami cuma bisa lewat saja. Sekali lagi ... mudah-mudahan nanti ada kesempatan lagi untuk ke sini.

Kami tiba di Saigon jam 7 malam. Rasanya lega sekali bisa keluar dari bis ini dan bisa hidup normal lagi. Selama di bis, sebisa mungkin kami minum tidak banyak, supaya tidak usah keluar untuk buang air. Hal ini disebabkan karena posisi kami di bis tidak enak, di deretan paling belakang, tingkat atas. Jadi harus sedikit berakrobat untuk naik dan turun. Begitu sampai Saigon, masuk hotel, langsung minum sepuasnya, makan, mandi..... segar bener.....

Melinda

Hue, kota kuburan

30 Juni 2008

Kami mencapai Hue pagi hari dengan sleeper bus. Buat kami, ini merupakan pengalaman baru. Bis ini terdiri dari 3 baris tempat tidur bersusun 2, khusus bagian belakang terdiri dari 5 tempat tidur berjejer, juga bersusun 2. Bis ini memang dibuat untuk mengangkut penumpang yang ingin tidur di perjalanan. Tempat tidur cukup panjang dan lebar untuk tidur 1 orang, meskipun sulit untuk bergerak. Setidaknya lebih nyaman dibanding bis biasa, yang tidak memungkinkan orang untuk berbaring.


Di Vietnam ada yang disebut "open tour bus" dari Saigon ke Hanoi dan sebaliknya serta berhenti di beberapa kota di antara kedua kota tersebut. Penumpang dapat turun di kota mana saja untuk singgah beberapa jam atau beberapa malam di kota yang dilewati bis ini, dan melanjutkan ke kota lain. Kalau kita membeli tiket open tour bus, harganya jauh lebih murah dibanding kalau tiket tersendiri untuk setiap rute. Ada dua jenis bis yang tersedia, yaitu bis biasa dan bis "sleeper" .

Kami tiba di Hue jam 8 pagi. Tanpa sempat mandi, kami langsung mengikuti city tour. Kami dijemput di hotel dengan sebuah mobil minibus. Kami kehilangan satu tempat tujuan wisata, mungkin 2, karena kesalahan informasi. Info yang kami dapat, bis akan tiba di Hue jam 6 pagi. Kami telah membeli tiket Hue city tour di Hanoi dengan asumsi kami tiba di Hue jam 6 pagi dan langsung mengikuti tour.



Sepertinya Hue adalah tempat tinggal Ho Chi Minh, karena kami melihat ada sekolah, rumah dan monumennya. Di Hue ada 13 kuburan raja dinasti Nguyen, kami mengunjungi 3 kuburan di antaranya. Kuburannya bagus-bagus, areanya luas dan bangunannya seperti istana.
Salah satunya berada di tepi danau, ditambah taman-taman di sekeliling bangunan membuat pemandangan di sekitar kuburan menjadi bagus. Tempat lainnya yang kami kunjungi adalah rumah tua dengan latar belakang budaya Cina.
Terakhir, kami mengunjungi pagoda yang letaknya di pinggir Perfume River. Disebut perfume river karena di tepi sungai tumbuh tanaman perdu yang wangi.

City tour diakhiri dengan menaiki perahu besar menyusuri Perfume River yang cukup lebar.
Sebetulnya dekat Hue ada tempat menarik, yaitu Demiliterization Zone (DMZ). Hue dulunya merupakan kota perbatasan antara Vietnam Utara dan Selatan. Sayang, kami tidak punya waktu untuk mengunjungi DMZ karena dikejar waktu yang tinggal sedikit lagi. Kami harus tiba di Saigon tanggal 2, supaya bisa kembali ke Jakarta tanggal 4. Kami tinggal di Hue hanya 1 hari, 1 malam. Kalau ada lain kali, Hue pasti akan kami kunjungi lagi.

Ha Long, tempat naga kecebur

27-29 Juni 2008



Ha Long adalah sebuah pantai di teluk Tonkin, kira- kira 4 jam perjalanan dengan bis dari Hanoi. Ada beberapa jenis tour yang ditawarkan di Hanoi untuk tujuan Ha Long, mulai dari tidur di kapal sampai bermalam di pulau Cat Ba dengan macam-macam pilihan wisata. Kami memilih malam pertama tidur di kapal dan malam kedua di Cat Ba.


 Dari kota Ha Long, kelihatan puluhan pulau kecil berbentuk bukit cadas. (Ternyata, buku Lonely Planet menyebutkan ada 3000-an pulau!). Pemandangannya baguuuus sekali! Kata orang yang pernah ke China, seperti di Quilin. Ada yang bilang, lebih bagus daripada Quilin. Dalam bahasa Vietnam, Ha Long berarti tempat naga kecebur. Yang terlihat di permukaan laut adalah duri-duri bagian ekor naga.

Wisata di Ha Long Bay dimulai ketika kami memasuki kapal dan menikmati sajian makan siang ala keluarga Vietnam. Makanan terdiri dari nasi dan beberapa lauk pauk. Sayangnya perkakas makan kami berupa piring, garpu dan pisau. Karena kami dianggap kaum barat, tidak bisa pakai sumpit. Bersama kami ada rombongan yang terdiri 2 keluarga Vietnam, mereka makan dengan mangkok dan sumpit. Karena lapar dan semangat dengan makanan yang disajikan, kami makan sampai tidak memperhatikan pemandangan di laut yang bagus sekali.

Begitu selesai makan, tau-tau kami sudah sampai di pinggir Luon Cave, salah satu pulau yang mempunyai gua stalalgtit-stalagmit. Gua dihiasi lampu warna-warni yang membuat keindahan ukiran alam terlihat jelas. Betul-betul menakjubkan!



Kami juga berhenti di dekat sebuah pulau atol, kemudian naik perahu kecil untuk memasuki perariran di dalam atol melalui gerbang alam terbuat dari karang. Di perairan dalam atol tersebut, kami berenang. Suatu pengalaman yang tidak terlupakan karena selain menyenangkan, juga menyisakan luka-luka baret di tapak kaki karena menginjak benda-benda tajam di dasar laut. 



Sore hari, kapal berhenti di tengah laut. Di sekitar kapal, kami berenang dan main kayak. Seru! Setelah itu kapal berhenti beberapa ratus meter dari pulau Cat Ba. Kami bermalam di kapal. Sayang, malam itu hujan turun. Jadi kami tidak dapat menikmati pemandangan langit.

Kegiatan out-bond bukan pilihan satu-satunya. Bila tidak tertarik dengan air laut, kapal tempat kami menginap memiliki tempat berjemur di bagian atas. Tempat berjemur bagi segala macam : kulit, baju renang, handuk, sepatu, ransel dan baju dalam. Di sini kami dapat menikmati pemandangan laut lepas yang tenang, indah dan udara yang segar.

Besok paginya, kami mendarat di Cat Ba. Wisata pertama adalah berjalan di Taman Nasional. Kami berjalan selama 3 jam mendaki bukit yang tingginya 300 meter di atas permukaan laut. Sepertinya mudah, tapi ternyata perjalanan ini sangat berat buatku, terutama saat mendaki. Bernafas terasa sulit sekali, betis terasa sakit. Begitulah, kalau tidak pernah olah raga, tiba-tiba melakukan kegiatan fisik berat. Berbeda dengan Aurima yang betul-betul menikmati treking ini.

Kami merasa beruntung karena cuaca cukup bersahabat pada kami. Pengalaman 2 teman asal Singapura yang kemarin bersama-sama tour ke Perfume Pagoda, tidak sebaik kami. Mereka berada di Ha Long sehari sebelumnya dan merasakan panas yang menyengat.


Setelah makan siang, kami main kayak. Semula tujuannya adalah mencapai pulau kera yang letaknya 500an meter dari pantai. Tapi kami tidak berhasil mencapai pulau tersebut, karena rasanya tenaga tidak cukup. Ternyata mendayung kayak itu melelahkan, apalagi energi udah banyak terserap waktu treking tadi pagi.

Malam itu kami menginap di Cat Ba.

Besok paginya kami kembali naik kapal ke Ha Long. Di tengah laut, kapal berhenti 30 menit memberi kesempatan penumpang untuk berenang. Tapi kami tidak berenang karena sudah lelah. Sepanjang jalan kami sekali lagi menyaksikan keindahan alam yang rasanya berubah terus setiap meter kami bergerak.







Vietnam memang tempat yang nyaman bagi backpacker, banyak fasilitas yang mempermudah di antaranya adalah fasilitas kamar mandi dan penitipan barang di travel agent. Sebelum kami pergi ke Ha Long, kami menitipkan sebagian barang-barang kami di kantor travel agent, jadi kami tidak perlu membawa terlalu banyak barang. Sekembalinya dari Ha Long, kami bisa mandi di kantor yang sama dan tanpa perlu menginap lagi, dapat melanjutkan perjalanan ke Hue (arah selatan) dengan sleeper bus selama 12 jam.



Melinda

Parfume Pagoda, wangi karena dupa

26 Mei 2008

Hari ini kami pergi ke Parfume Pagoda. Kami ikut tour yang banyak ditawarkan agen-agen travel di hotel dan sekitar hotel. Rombongan terdiri dari 12 orang dan 1 bayi dari berbagai bangsa. Kami berangkat naik mobil kira-kira 2 jam perjalanan arah selatan kota Hanoi hingga mencapai suatu desa. Desa ini merupakan terminal perahu.



Letak Pagoda di dalam gua stalagtit dan stalagmit. Untuk mencapainya kami menggunakan perahu dari logam, bukan kayu yang didayung oleh 1 orang perempuan. (Perempuan di sini selalu berambut panjang). Tidak selalu perempuan sih, ada juga yang laki2, tapi aku salut dengan perempuan pedayung. Badannya kecil dan kurus tapi tenaganya besar. Hasil tempaan jaman geriya kali ya? Perahu digunakan untuk menyusuri sungai yang punya pemandangan bagus sekali berupa bukit-bukit yang tidak pernah kujumpai di Indonesia.

Setelah sampai di area gua, kami turun dari kapal dan berjalan mendaki bukit untuk mencapai terminal cable car. Cable car ini melewati 3 bukit sebelum mencapai gua. Perjalanan ini juga bisa ditempuh dengan berjalan kaki, kami menggunakannya waktu kembali dari gua.

Gua yang kami liat tidak beda dengan gua2 stalagmit- stalagtit yang ada di Indonesia umumnya. Istimewanya, gua ini dipakai sebagai tempat ibadah. Jadi ada altar dan lain-lain. Bau dupa yang dibakar membuat gua ini menjadi harum, karena itu disebut perfume pagoda.

Perjalanan yang menarik. Yang bikin tidak nyaman adalah udara yang panas. Heran, kalau di Indonesia, di daerah yang banyak pohon dan bukit hijau biasanya terasa adem. Di sini panas banget, karena lagi musim panas. Apa iya, di daerah subtropis, kalo musim panas, di dataran tinggi juga panas? 


Melinda

Hoan Kiem Lake, tempat ngadem saat musim panas di Hanoi

25 Juni 2008

Hari ini kami meninggalkan Saigon menuju Hanoi dengan pesawat terbang selama 1 jam 40 menit.. Kami berangkat pagi-pagi sebelum hotel menyediakan sarapan. Sesampainya di Hanoi, berbekal pengalaman dikerjai supir taxi di Saigon dua hari yang lalu, kami naik bis umum dengan tarif yang sangat murah. Lebih murah daripada tarif angkot di Tangerang. Bis umum cukup nyaman bagi kami, meskipun supir maupun kenek tidak mengerti bahasa Inggris. Ber-AC, tidak berdesak-desakan, tidak ada polusi.

Kami tiba di Hanoi bertepatan dengan waktu makan siang, jadi setelah mendapat hotel, kami langsung makan siang, rice vermicelli. Beda dengan pho, rice vermicelli sama seperti bihun yang ada di Indonesia hanya diameternya lebih besar.


Hanoi memiliki beberapa danau. Danau yang terbesar adalah  Danau Hoan Kiem. Area di sekitar Hoan Kiem  merupakan tempat yang strategis bagi wisatawan, karena di sana banyak tempat penginapan, agen perjalanan wisata dan rumah makan. Dari tempat ini wisatawan dapat mengunjungi tempat-tempat menarik selain danau itu sendiri. Misalnya gedung teater,  musoleum Ho Chi Minh dan pasar.  Bagi kami, pasar merupakan salah satu tujuan wisata, bukan untuk belanja tapi untuk melihat kehidupan nyata daerah yang kami kunjungi.  Karena itu, kami memilih menginap di salah satu hotel tidak jauh dari Hoan Kiem.

Hoan Kiem adalah danau terbesar dan terlegendaris di Hanoi. Disebut legendaris karena danau ini diberi nama berdasarkan suatu legenda. Danau ini merupakan tempat raja Le Roi kehilangan pedang saktinya karena dirampas oleh kura-kura raksasa yang muncul dari danau ini untuk dikembalikan kepada pemilik sejatinya di surga. Hoan Kiem berarti danau tempat pedang dikembalikan.

Danau dikelilingi taman yang dipenuhi pohon-pohon rindang, patung-patung, tempat-tempat duduk dan jalur untuk berjalan kaki. Di tengah danau ada pulau kecil yang dihubungi oleh sebuah jembatan dari pinggir danau. Pemandangan di sana bagus sekali. Di pulau ini berdiri sebuah pagoda. Fosil kura-kura raksasa, yang menurut legenda, telah merampas pedang Raja juga dipajang di sana.
 

Setelah melihat pagoda di tengah danau dari dekat, kami mengejar pertunjukan menarik tidak jauh dari danau yang digelar pada sore hari. Dengan berjalan kaki 5 menit kami mencapai gedung teater untuk menyaksikan water puppet show, sebuah kesenian tradisional khas Vietnam bagian utara yang berasal dari tradisi petani yang biasa memainkannya di sawah setelah panen. Jadi boneka-boneka dimainkan di panggung yang berupa kolam air diiringi musik tradisional. Pertunjukan yang unik dan menarik. Meski tidak mengerti bahasa yang dipakai, gerakan-gerakan yang dipertunjukkan oleh boneka-boneka adalah bahasa universal yang dapat membuat penonton tertawa dan menikmati pertunjukan.




Setelah menonton, kami berjalan-jalan lagi di sekitar danau. Kalau tadi siang banyak anak-anak muda yang duduk-duduk di taman, sore ini taman dipenuhi oleh orang-orang tua "ngadem" sambil kipas-kipas. Bahkan ada yang bertelanjang dada. Taman di sekitar Danau Hoan Kiem memang nyaman untuk ngadem dan cuci mata. Banyak pepohonan rindang dan bangku-bangku dari semen yang didirikan di sekelilingnya membuat nyaman suasana sore yang panas dan tak berangin saat itu. 


Pemandangan di sekitar dan di tengah danau serta patung-patung sensual di sepanjang taman membuat mata menjadi segar.

Melinda

Cu Chi Tunnel dan Pagoda Cao Dai

24 Juni 2008

Sarapan hari pertama kami di Saigon berupa roti pentungan ala Perancis dan omelet di hotel. Roti ini banyak dijumpai di Vietnam dan pada hari-hari selanjutnya roti ini hampir selalu menjadi menu sarapan kami. Hari ini kami ikut tour ke kuil Cao Dai dan Cu Chi Tunnels. Dalam rombongan tour kami berjumpa dengan seorang mantan pengungsi Pulau Galang yang sekarang tinggal di Australia, seorang Rumania dan beberapa orang lain. Kami naik sebuah minibus, kendaraan yang banyak digunakan di vietnam untuk melakukan wisata.


Cao Dai adalah suatu kuil besar di luar kota Saigon. Di sana tiap hari dilakukan 4 kali ibadah. Ketika kami tiba di sana, kebetulan akan dimulai ibadah juga. Kami melihat prosesi biarawan yang menuju ke kuil. Kami bisa menyaksikan ibadah di dalam kuil. Untuk itu kami diberi tempat di balkon. Menarik. Dengan iringan nyanyian dan musik tradisional, para biarawan masuk ruang ibadah dengan jubah 4 warna : putih terbanyak, lalu merah, kuning, biru. (hehehe... kalo ga salah ya..) Di luar kuil, Aurima sempet diajak ngobrol oleh orang setempat yang merupakan guru inggris. Wah... ternyata dia bisa juga ngobrol dalam bahasa Inggris! Bahkan, setelah itu, seringkali dia lebih mengerti ucapan orang Vietnam dalam bahasa Inggris dibanding aku dan Rasid.

Cu Chi Tunnel adalah tempat di hutan yang dipakai oleh gerilyawan Vietnam waktu perang melawan Amerika. Banyak lubang-lubang kecill yang cukup untuk ukuran orang Vietnam masuk ke dalam liang-liang bawah tanah. Selama perang, mereka hidup, rapat, berjuang di liang-liang tersebut. Selain lubang untuk masuk, ada juga lubang jebakan. Jadi kalau masuk ke lubang itu, langsung badan akan terjepit papan yang mengandung paku-paku tajam. Semua yang kami lihat sebetulnya lubang buatan, bukan asli. Ada juga liang buatan yang dapat kita masuki melalui 1 lubang, kemudian tembus ke lubang lainnya.

Selain 2 tempat itu, kami juga mampir di suatu tempat pembuatan kerajinan tangan oleh orang-orang cacat yang disebabkan karena keracunan senjata kimia. Kerajinan tangan berupa tampelan mother pearl dan kulit telur yang ditata membentuk suatu lukisan. Di sana kami menyaksikan proses pembuatannya, mulai dari mempersiapkan pola gambar di atas kayu, mengukir mother pearl dan kulit telur, menempel sampai memoles. Menarik. Salut atas ketekunan para seniman ini, kami membeli sebuah lukisan 2 wanita Vietnam dengan pakaian tradisionalnya dan topi caping yang terbuat dari kulit telur.

Perjalanan wisata hari ini sebetulnya perjalanan biasa. Ibadah harian, kerajinan tangan adalah hal biasa, di manapun dapat dijumpai. Namun hanya otak bisnis yang mampu mengemasnya menjadi paket wisata yang menarik dan bernilai jual.

Melinda