MAKANAN SOLO DI TANGERANG

Tangerang, salah satu kota dan kabupaten di Banten, merupakan salah satu daerah harapan banyak orang, baik domestik maupun manca negara. Sejumlah perusahaan nasional dan internasional memenuhi Tangerang dan sekitarnya sejak 1990-an. Tentu saja, ada banyak pendatang yang tinggal atau bekerja di Tangerang setiap hari, baik domestik maupun mancanegara. Konsekuensinya, cerita biasa, kangen makanan kampung halaman.

Sejumlah rumah makan baik di Mal yang berjumlah lebih daripada 10 buah, di Ruko-ruko yang seabrek dan guedhe2, maupun di lokasi tertentu menyediakan berbagai masakan. Ada masakan Korea, Jepang, India, Cina, selain masakan nasional, semisal Palembang, Jawa, Sunda, Padang, Peranakan, dan sebagainya. Namun ada satu rumah makan di jalan utama Perumahan Palem Semi di Karawaci yang menyediakan hidangan khusus masakan Solo.
Masakan Solo yang ngangenin dengan moto: “Murah, Meriah, Uenaak ...” terlihat di dalam penyajiannya. Tempat sederhana ini menyediakan berbagai menu makanan dan minuman khas Solo. Ada daging krengseng, tahu kupat, timlo, brongkos, brambang, rawon, bakmi godog, liwet, dsb. Minumannya juga istimewa, semisal es soklat, kunyit asem, temu lawak, dsb. Sekali datang sudah pasti tidak mungkin mencicipi semua menunya di sini.
Rasanya dan harganya yang cocok membuat kami beberapa kali ke tempat ini. Kalau memilih menu, kami mau makan semuanya. Tetapi tentu saja, kapasitas perut tidak mengizinkan.
Rasid Rachman)

GTP yang melelahkan

Tanggal 19-20 kemarin, aku ikut kegitan pramuka di skola. Nama kegiatan ini adalah GTP (Gladi Tangguh Penggalang). Selama 2 hari itu kita nginep di sekolah. Rencananya sih mau tidur di tenda, tapi karena cuaca tidak mendukung, huuuaaaa…… :’( jadinya kita tidur di kelas deh.. Meskipun tidur di kelas, acara selama 2 hari tetap menyenangkan.. Di hari pertama kita belajar tentang PBB, sandi dan macam-macam simpul. Pertamanya sih g ngerti gimana caranya, tapi setelah di ajaran para kakak Pembina(hahha) kita bisa menyimpul tanpa di pandu.. Untuk mengtes kemampuan kita menyimpul, kakak Pembina nyuruh kita bikin sebuah pionere (sebuah bentuk dari tongkat dan beberapa simpul yang berguna) bersama regu kita masing-masing. Kegiatan ini sebernya bikin aku BT.. Tapi lama-lama seru juga..


Abis kita bikin pionere, kita mengadak jalan malam (bukan Jurit Malam). Pertamanya anak-anak pramuka kira itu jurit malam, soalnya kita di suruh doa bareng regu, trus menyiapkan mental.. huuuaaa…. Selama jalan malam kita cuma di kasih 1 lilin dan 4 batang korek api. Kalo sampe lilin dan koreknya abis, kita mesti ngulang dari pos pertama. Urutan pos yg harus di jalanin di reguku adalah pos 2, pos 3, pos 4, pos 1..

Di pos ke dua, kita harus melewati rintangan tali dengan merangkak. Trus, dari regu kita harus ada 4 orang yang di tutup matanya, dan di akhir rintangan itu ternyata ada air, tapi kita tetap harus melewatinya.. jadi baju kita basah semua.. huuuaaaa….

Pos ke tiga itu tentang cinta tanah air. Saat pertama kali MOS, kita udah di ajarin kalo ada lagu “Indonesia Raya” kita harus hormat. Di pos itu di setelin lagu itu. Pertamanya reguku pada ga inget kalo kita mesti hormat, jadi pada bengong aja (sambil nunggu giliran). Trus waktu regu selanjutnya dateng, mereka langsung hormat waktu denger lagu itu. Yaudah, regu kita ikutin aj, eh,, waktu lagi hormat regu yang barusan dateng tadi pada ngliatin kita gitu.. hhuuuaaa,,, malu…

Pos ke empat itu tentang pengorbanan. Pertamanya kita di tanyain :”menurutmu apa itu pengorbanan” dan tumben-tumbennya tuh, otakku lagi lancar, jadi aku bisa jawab pertanyaan itu dan benar.. ahhha(Bangga). Aku jawab :”sesuatu yang haus di relakan untuk kepentingan bersama”. Abis kita di Tanya-tanya gitu, kita di suruh berpasangan, trus orang yang pertama harus di tutup matanya dan orang yang ga di tutup matanya harus nuntun yang buta ke pos selanjutnya. Untung tinggal 1 pos, jadi ga pegel merem terus, bisa ketiduran nanti(hahaha). Oh ia, setelah kita melewati 3 pos, ga ada apa-apa tuh.. biasa-biasa aja. Jadi Pembina Cuma ngerjain kita, huuuaaa….

Pos ke satu berhubangan sama pos empat.. kita yang buta di tanyain apa ga enaknya jadi orang buta. Setelah semuanya udah jawab, yang ga buta di suruh jadi orang buta(tukeran profesi). Itulah hari pertama.. lumayan seru..
Di hari pertama kita baru selesai acara jam 00.00,, huuaaa.., malem banget.. cape banget.. tapi dapet banyak pelajaran yang di dapet juga sih.. akhirnya kita pun tidur dengan tentram, haha.. tak lupa aku nyetel alarm di jam “spongebob tercinta” jam 5.. hua, pagi banget.. tapi emang harus di jalanin, mau di apain lagi??

Aku tidur terakhir bangun pertama.. hhuuuaaa,,, aku ga bisa tidur, temen yang laen pada ngorok (ngok, ngok) ganggu banget.. jam 5 kurang aku uda bangun.. aku duduk selama 15 menit sambil nungguin jam alarm bunyi. Udah nungguin gitu, jamnya ga bunyi-bunyi, yaudah, aku tidur lagi.. eh, baru 5 detik tidur tiba-tiba si bom meledak di telingaku.. gila, kenceng banget bunyinya.. yaudah, kita semua bangun dan menuju ke lapangan untuk menyadarkan diri.. haha
 

Setelah semuanya udah sadar, kita kembali ke gedung sekolah tercinta untuk mandi. Tapi di tengah-tangeh acara mandi kita, kita juga di suruh untuk masak nasi goring. Yaudah, jadi kita gantian aja. Abs kita selesai semuanya,, ini dia acara yang palingg melelahkan dan membosankan.. huhu
Kita di suruh ngumpul di ruangan untuk belajar tentang kompas. Selama di jelasin tentang kompas, aku ga dengerin semuanya.. haha.. kayaknya waktu berjalan lama banget..

2 jam kemudian..

Kita di suruh ngumpul di hall lt.1 untuk persiapan berjalan ke luar sekolah tanpa di pandu kakak Pembina.. kita harus melewati 4 pos selama perjalanan + pos persiapan.. di sini lah perjalanan di mulai…
 

Di pos persiapan kita harus memecahkan sandi, setelah terpecah kita harus melakukan sesuai pesan tersebut. Setelah kita melakukan pesan tersebut, kita harus ke pos 1 dengan clue yang di berikan.. tapi selama perjalanan, kita juga hatus membuat peta pita. Kita harus menghitung langkahnya, derajatnya (menggunakan kompas), dan waktunya.. karena di regu kita ga ada yang bawa jam, akhirnya dengan terpaksa aku bawa jam spongebob ku.. huuuaaa,, memalukan..
Clue untuk ke pos pertama adalah: jalan lurus ke arah kiri sekolah, temukan patung kuda dengan kesatria. Itulah pos pertama.. pos tersebut terletak di belakang sektor 1D.

15 menit kemudian..

di pos 1 kita menghabiskan waktu selama 1 jam.. kita harus memecahkan sandi daan haus yang di lakukan.. sandi itu da beberapa nomor. Sandi nomor 1 adalah: nyanyikanlah lagu daerah Indonesia menggunakan gerakan. sandi nomor 2 adalah: ucapkanlah Dasadarma pramuka dengan keras dan lantang. Sandi nomor 3 adalah: Tulislah Dasadarma menggunakan sandi kotak. Sandi nomor 4 adalah: Lakukanlah nomor 2 untuk mendapatkan clue untuk ke pos 2. Setelah kita melakukannya, kakak Pembina bilang,yang harus kita lakukan itu Cuma nomor 4, jadi harusnya kita ngelakuin yang nomor 2: ucapkanlah Dasadarma pramuka dengan keras dan lantang. Huuaaa,, di kerjain lagi..

Clue untuk ke pos kedua adalah: jalan lurus dari sini, temukan kota berpolusi, temukan tempat peristirahatan terakhir, pos tersebut berada di depan sekolah yang telah berdiri kembali. Untuk sampai ke pos 2, kita menghabiskan waktu 45 menit dengan jalan yang melelahkan.

45 menit kemudian..

Di pos 2 kita harus menampilkan yel-yel dari regu kita. Untung ga susah soalnya uddah buat dari kemaren.. tapi masih cape.. huaaa,, yaudah, sambil nunggu giliran, kita latihan aj.. di pos 2 kita menghabiskan waktu sekitar 40 menit (lebih cepet waktu perjalanan ke pos 2) setelah menyanyikan yel-yel, kita lanjut ke pos 3..

Clue untuk ke pos 3 adalah: dari pahoa(sekolah yang telah berdiri kembali) belok kiri, lewati jalan yang sangat panjang, temuka tempat produksi kringat, dan pos 3 berada di tempat pertambangan minyak. Untuk ke pos 3 kita menghabiskan waktu 50 menit.

50 menit kemudian..

Akhirnya kita sampe di pos 3, di pos tiga ini kita hanya di suruh membuat 3 simpul. Di pos 3 kita menghabiskan waktu 30 menit..(lumayan). Akhirnya kita melanjutkan perjalanan ke pos 4..

Clue untuk ke pos 4 adalah: pos 4 berada di sekolah, di lapangan SMP dan SMA. Untuk ke pos 4 kita menghabiskan waktu 45 menit..

45 menit kemudian..

Akhirnya setelah 4 jam jalan, sampe juga di sekolah dengan jam spongebob, haha.. di pos 4, kita harus membuat pionere.. saat kita membuat pionere, tiba-tiba ada angin kencang..(kencang banget), tenyata itu tanda mau hujan,, dan bener. Ga lama kemudian hujan turun..
Inilah akhir dari GTP ku.. dari GTP ini aku dapet banyak pelajran, meskipun cape.. tapi setelah makan siang, kita masih harus mengikutu upacara penutupan.. hhhuuuaaaa,,, cape tapi menyenangkan.. acara selesai jam 15.00


Aurima


Pengalaman pertama, membekas hingga belasan tahun

Pagi itu, pukul 4.30 suasana bandara Soekarno-Hatta lengang. Aku lupa apa yang membuatku berpikir saat itu bandara belum buka. Hehehe... emangnya restoran! Yang jelas aku melihat ada karyawan yang baru datang, mungkin yang akan bertukar giliran jaga dengan karyawan yang bertugas malam. Lalu ..... ada satpam yang membuka rolling door yang membatasi teras dan ruang tempat check-in. Apa iya...ada rolling door ya? Entahlah... yang jelas pk. 4.30 umumnya orang masih tidur, tapi di teras keberangkatan Garuda internasional ada banyak orang wajah-wajah sembab, entah kurang tidur atau terlalu banyak menangis karena harus berpisah dengan keluarga. Itulah kami.

Kami adalah rombongan dokter gigi yang selama 3 minggu sebelumnya mengikuti pelatihan pra-jabatan di Lemah Abang – Bekasi. Hari itu kami diberangkatkan ke daerah masing-masing yang telah kami pilih sebelumnya. Rombongan pertama yang berangkat adalah rombongan yang menuju Irian Jaya (maaf kalau nama ini yang dipakai, sesuai dengan konteksnya pada tahun 1992) dengan pesawat yang berangkat pk 5.00. Aku masih sempat melihat beberapa teman tujuan Irian Jaya tergopoh-gopoh memasuki ruang check-in. Yah, resiko memililh tempat terjauh, jadi berangkatpun harus lebih dahulu.

Tepat pk 5.00 rombongan yang menuju NTT dan TimTim (saat itu masih merupakan wilayah Indonesia) diijinkan masuk ruang check-in. Kami terdiri dari 7 orang yang akan mendarat di Kupang dan sekitar 13 orang mendarat di Dili. Rasanya aku ingin menjadi yang terakhir memasuki ruangan itu supaya menjadi orang terakhir dalam rombongan yang berpisah dengan keluarganya. Tapi ternyata semua juga berpikir demikian.... bisa-bisa kami ketinggalan pesawat! Akhirnya kami semua saling mendorong untuk segera masuk.

Setiap ada kesempatan, aku berusaha menoleh ke teras, mencari-cari wajah orang-orang yang kukasihi, kemudian melambaikan tangan bila ternyata mereka masih terlihat ... berulang-ulang.... Semakin ke dalam aku berjalan, wajah-wajah mereka makin tidak jelas, hingga yang terlihat tinggal sosoknya saja. Mungkin sebetulnya mereka sudah pulang, tapi aku terus membayangkan seolah-olah masih melihat sosok mereka bahkan ketika sudah sampai di lorong menuju ruang tunggu penumpang. Lorong yang dikelilingi jendela kaca dan dihiasi tanaman hias di bagian luarnya.

Meski dalam rombongan yang masing-masing sudah cukup akrab semenjak mengikuti pelatihan pra-jabatan, aku merasa nelangsa ketika berjalan melalui lorong ini. Tanaman hias warna-warni itu juga tidak mampu menghilangkan perasaan ini. Ini adalah pengalaman pertamaku menaiki pesawat terbang, pergi ke tempat yang cukup jauh dari Jakarta dalam jangka waktu panjang, tanpa seorangpun anggota keluarga yang menemani. Pengalaman berjalan di lorong dengan perasaan nelangsa itu selalu muncul kembali setiap kali melalui lorong sejenis di bandara, bahkan hingga saat ini. Rasa kesepian yang mencekam.....

Melinda

Saigon, di mata pengelana yang datang untuk pertama kalinya

Libur sekolah tiba! Setelah direncanakan 8 bulan sebelumnya, kami berangkat dari Jakarta menuju Ho Chi Minh (Saigon) dengan Lion air dengan harga yang murah. Untuk berangkat cuma 600 ribu + pajak, jadi sekitar 1,5 jt. Pulangnya nanti sedikit lebih mahal, tapi bisa dibilang murah juga. Total untuk pulang pergi ber3 tidak sampai 10 juta. Kalo tidak ada penerbangan murah ini, rasanya kami tidak mungkin berlibur ke Vietnam. Kami transit di Singapura. Penerbangan ke Singapura tanpa makan, tapi dari Singapura ke Saigon dapat makan. Padahal, harga tiket Singapura - Saigon 0,-. + pajak 400 rb.


Sampai di Saigon, kami masih belum terbiasa dengan mata uang Dong, jadi sempat tertipu oleh supir taksi. Dia menawarkan taksi sampai ke hotel seharga 900.000 dong. Itu sama dengan 540.000 rp! Aje gile.... tapi justru itu jadi pelajaran untuk perjalanan selanjutnya. Sepanjang jalan kami mengutuk supir taksi itu jadi kebo, dalam bahasa ibu tentunya. Menurut teman, seorang Indonesia, yang 10 tahun lalu pernah tinggal ke Vietnam, orang Vietnam paling takut kalo dikutuk jadi kebo. Setelah itu, setiap kali kami ketemu kebo di jalan, kami mengingat supir taksi itu, dan berolok-olok, "Itu dia supir taksi bandara yang menipu kita!"

Siang di Saigon, kami makan pho, makanan khas Vietnam. Pho adalah mi yang terbuat dari tepung beras. Pho direbus, diberi daging dan daun-daunan beraroma seperti daun bawang, mint, kemangi, daun ketumbar, daun yang baunya seperti minyak telon, ditambah bawang bombay dan kecap ikan. Aromanya menggoda dan rasanya juga enak.

Sorenya, kami jalan-jalan ke pasar malam. (Kusebut sore, meskipun sudah jam 6, sebab saat itu matahari masih ada, tenggelam menjelang jam 7). Masih ada kegiatan pasar tradisional, sebagian mulai bersiap-siap untuk tutup. Di pasar ada banyak penjual buah-buahan yang sering dijumpai di Indonesia dengan ukurannya berbeda. Lengkeng, sawo di sini besar-besar, tapi nanas kecil-kecil. Sedikit dibesar-besarkan, sawo dan nanas di sini ukurannya sama.

Setelah gelap, di bagian luar pasar tradisional mulai ramai dengan kegiatan pasar malam. Ada banyak warung tenda seafood. Kami makan bekicot rebus, karena masih kenyang pho tadi siang. Ada lagi yang kami makan : hot dog ala vietnam yang terbuat dari roti keras seperti pentungan (roti asal Perancis) yang dibelah dan diisi daging, daun-daunan seperti yang terdapat pada pho, diberi saus ikan dan pasta daging. Belakangan, kami ketahui makanan ini bernama Bahn Mi. Rasanya enak. Haha... setelah beberapa hari di Vietnam nantinya, kami merasa semua makanan Vietnam enak!

Ada yang khas di Saigon, yaitu lalu lintasnya yang dipenuhi oleh motor. Jumlahnya banyak sekali, dan jumlahnya meningkat pada saat pulang kerja. Duapertiga jalanan dipenuhi oleh motor. Keliatannya, seperti di Tangerang, motor merupakan raja jalanan. Peraturan lalu lintas tidak terlalu dipatuhi. Semrawut! Selain motor, yang khas di Saigon adalah taman kotanya. Meskipun penuh bangunan dan kendaraan bermotor, taman kota juga banyak. Beda dengan jakarta, yang makin lama jumlah taman kota apalagi hutan kotanya makin sedikit.

23 Juni 2008
Melinda

Jadi "backpacker tourist", siapa takut?

Untuk berlibur ke Vietnam tahun ini kami bermodalkan buku terbitan Lonely Planet. Ini bukan perjalanan pertama kami ke tempat yang belum kami kenal dengan mengandalkan buku. Belasan tahun yang lalu, kami pernah berlibur ke Tana Toraja bermodalkan buku terbitan Periplus. Tidak lama setelah itu, ketika kami masih berjumlah dua setengah (karena salah satu dari kami masih di dalam kandungan), kami ke Ujung Kulon dengan bermodalkan buku, juga terbitan Periplus. Kemudian beberapa tahun yang lalu kami ke Bali, lagi-lagi dengan Periplus. Buku Periplus juga yang menolong kami berlibur ke Yogya.

Buku-buku terbitan Lonely Planet dan Periplus berisi petunjuk yang cukup lengkap tentang tempat-tempat wisata di berbagai tempat di seluruh dunia. Petunjuk yang betul-betul lengkap, mulai dari akomodasi, makanan,tempat-tempat wisata. Keterangan di dalamnya begitu rinci, hingga ke harga (termasuk harga kamar hotel dari berbagai macam kelas serta fasilitasnya) dan tips-tips praktis.

Menjadi backpacker tourist adalah pilihan kami. Banyak hal yang tidak mungkin dijumpai bila kami mengikuti paket wisata yang dijual oleh agen-agen travel di Indonesia. Sekali mengikuti paket wisata ke Malaysia bersama salah satu agen travel, cukup bagi kami untuk tidak memilih wisata jenis ini untuk selanjutnya. Wisata dengan menginap di hotel berbintang, kunjungan ke mall dan pusat belanja lain, rekreasi di tempat-tempat artificial, makan makanan yang bukan khas tempat tersebut, jadwal yang ketat, bagasi yang dipenuhi koper-koper berisi belanjaan... pokoknya yang serba "wah!" namun tanpa tantangan. Wisata jenis ini tidak cocok dengan selera kami.

Pilihan menjadi backpacker tourist membebaskan kami untuk memilih rute perjalanan kami sesuai dengan yang kami inginkan. Ketika kami ingin lebih lama di suatu tempat, kami bebas untuk memutuskan tetap tinggal tanpa harus memikirkan peserta wisata yang lain. Tidak ada yang memaksa kami untuk mengunjungi tempat yang tidak kami minati atau sebaliknya, melarang kami untuk mengunjungi tempat yang kami minati.

Pilihan menjadi backpacker tourist membebaskan kami untuk mencicipi makanan khas tempat yang kami singgahi. Kami adalah pemakan segala dan tidak ragu untuk mencoba makanan yang baru. Karena itu acara makan menjadi suatu acara yang berkesan bagi kami. Karena tidak ada ikatan bisnis dengan rumah makan manapun, kami tidak perlu menderita kelaparan akibat rumah makan masih jauh. Kami dapat makan kapanpun kami merasa lapar atau tertarik pada jenis makanan tertentu.

Pilihan menjadi backpacker tourist memberi kesempatan kepada kami untuk berkenalan dengan berbagai bangsa di seluruh dunia. Mulai dari Norwegia hingga Perancis, dari Inggris hingga Rumania, dari Canada hingga Argentina, dari Korea hingga Singapura, dari Israel hingga Jepang. Herannya, saat kami berada di Vietnam, kami belum pernah bertemu dengan bangsa sendiri. Sesama backpacker tourist di Vietnam pernah mengatakan, hanya orang Indonesia dan Malaysia yang berwisata sekeluarga. Memang tidak sedikit backpacker tourist yang berwisata sendiri, baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu ada juga rombongan yang terdiri dari beberapa orang muda. Hanya kami yang berwisata sekeluarga, selain tentu saja orang Vietnam sendiri.

Pertemuan kami dengan berbagai bangsa membuat kami melihat perbedaan sebagai sesuatu yang indah. Tidak ada rasa minder ketika kami bertemu dengan orang yang berasal dari negara adikuasa. Tidak ada rasa ngeri (seperti yang dialami jika kami berada di Indonesia) ketika kami mendengar orang Vietnam menyebut dirinya komunis dan ditanggapi oleh si Rumania, "I'm communist too." Penyebutan kebangsaan di antara kami lebih bermakna sebagai sapaan bersahabat daripada tembok pembatas. Bahkan tidak jarang, kami menjumpai sesama backpacker tourist memegang buku yang sama sebagai panduan wisata. Sangat jarang kami saling mengetahui nama, namun kami bersama-sama menikmati wisata kami dan tidak jarang saling bertukar informasi tentang tempat wisata yang telah dikunjungi.

Hal lain yang menjadi ciri khas backpacker tourist adalah bawaan. Tentu saja, sesuai namanya bawaan kami dimuat dalam backpack. Sengaja kami membawa baju-baju yang sudah tidak bagus lagi, supaya setelah kotor kami tidak perlu membawanya kembali ketika pulang. Tidak jarang kami memakai lagi pakaian yang sudah dipakai sehari sebelumnya. Baunya.... hahaha.... tidak beda jauh dengan backpacker lain. Jadi kami tidak terlalu banyak membawa baju. Ketika berangkat kami membawa 3 ransel, demikian juga ketika pulang. Bedanya, waktu pulang ransel diisi dengan oleh-oleh. Oleh-olehpun sebisa mungkin tidak terlalu memakan tempat, supaya sampai di Indonesiapun kami tetap backpacker.

Masih banyak pengalaman-pengalaman menarik yang kami alami karena pilihan kami sebagai backpacker tourist. Inilah yang membuat kami yakin, menjadi backpacker tourist adalah pilihan yang terbaik bagi kami.

Melinda