,
      
Para peserta prosesi mulai tiba di  Larantuka sejak hari Selasa; 
beberapa di antaranya bahkan telah tiba  sejak hari Senin. Namun, 
umumnya, hari Rabu dan Kamis  siang adalah masa  tiba terbanyak para 
peziarah.Sejak Kamis pagi, sebagian kota Larantuka  tertutup bagi 
kendaraan. Jalan-jalan utama telah siap dengan deretan  lilin di atas 
pagar-pagar bambu. Setelah istirahat sejenak, kami  siap-siap berziarah 
ke situs-situs. Ada banyak situs, dan menurut  orang-orang situ, tidak 
mungkin kita menziarahi semua situs dalam satu  kali kunjungan. Padahal,
 situs-situs itu hanya dibuka beberapa hari  menjelang Paska setiap 
tahun.
Para peziarah di Larantuka umumnya 
menziarahi beberapa tempat bersejarahyang bertebaran di kota Confreria (para awam yang menjaga tradisi dan 
devosi Larantuka) yang mengusung Tuan Ana dan Tuan Ma dalam prosesi, 
ketigabelas suku Semana yang akan mengaji Semana tiap Rabu, koor untuk 
Kamis dan Jumat, Ma-ma Muji, belum termasuk para petugas kesehatan, 
keamanan, dan lalu lintas, berjaga dan bekerja nyaris non-stop.
Larantuka 
dan sekitarnya, dan bahkan hingga menyeberangi pulau. Perziarahan 
dimulai sejak Rabu hingga Jumat pagi.Penduduk setempat dan orang asing 
baik rombongan maupun sendiri, para peziarah memulai kegiatannya sejak 
pagi hari hingga jauh malam. Pukul 5 pagi, kapela Tuan Ana (Yesus) dan 
kapela Tuan Ma (Bunda Maria) sudah ramai dikunjungi sejak Kamis dan 
Jumat itu. Sepanjang Kamis malam ada tuguran umat. Kapal-kapal motor tak
 henti antar-jemput peziaran ke Pulau Adonara. Para petugas gereja, 
penerima tamu, 
Larantuka menjadi sangat ramai dan 
sibuk, namun semua berjalan dengan tenang dan rileks. Para petugas tetap
 ramah dan melayani peziarah. Tidak ada orang yang bentak-bentak, 
berkata-kata kasar, teriakan, tidak ada komplain sekalipun di tengah 
desakan antre para peziarah yang azubilah. Bahkan sengatan 
terik sinar matahari kota itu tidak menyurutkan niat peziarah untuk 
melakukan ritus demi ritus dengan sabar mengantre di pintu-pintu masuk 
situs.
Dalam berziarah, bukan kecepatan waktu 
yang dikejar, namun penghayatan mendalam terhadap sebuah situs. Lelah, 
kesal, jemu, dan haus adalah bagian yang menyatu di dalam perziarahan. 
Dalam berziarah, kita mengulang dan mengenang perjalanan perjuangan 
masyarakat yang dilakukan masa lalu pada masa kini.
Prosesi dimulai dengan doa dan paduan 
suara para perempuan “Ma-ma Muji” dengan menyanyikan lagu-lagu ratapan 
pada Rabu petang. Lagu-lagu ratapan dinyanyikan menurut puisi Ibrani, 
yakni secara alfabetis dalam abjad Ibrani: alif – beth – daleth – gimel
 - dst. Sayang sekali, kami belum tiba di Larantuka Rabu itu. Pada hari 
Kamis Putih, diadakan ritus Muda Tuan, yakni pemandian patung Bunda 
Maria Berdukacita bernama Tuan Ma. Setelah dimandikan di kapelnya, Tuan 
Ma dikenakan pakaian kebesaran jubah ungu, dan umat boleh menjenguknya. 
Perkunjungan itu hanya dibuka sekali dalam setahun.


0 Response to "BERPROSESI JUMAT AGUNG BERSAMA ORANG NAGI DI LARANTUKA (2)"
Posting Komentar