Ruteng, kota indah di pegunungan dengan 40 susteran

(Melinda)

Kami sama sekali tidak mempunyai rencana untuk singgah di Ruteng dalam perjalanan melintasi Flores. Karena pertimbangan waktu, banyak rencana yang berubah, salah satunya adalah bermalam di Ruteng dalam perjalanan dari Riung menuju Labuan Bajo.

Kami mendapat info dari Andre, supir mobil sewaan dari Ende ke Bajawa, bahwa di Ruteng kami dapat menginap di susteran, tanpa menyebutkan apa nama susterannya. Dari terminal Ruteng, kami menaiki bemo untuk mencari susteran. Kami dibawa memasuki kota Ruteng dan menyaksikan keindahannya. Di mata kami, Ruteng merupakan kota terindah dibanding kota-kota lain yang pernah kami kunjungi di Flores. Terletak di pegunungan, kota Ruteng dipenuhi bangunan-bangunan tua yang kokoh. Ada banyak gereja dan susteran dengan latar belakang bukit-bukit hijau.
 
Menurut salah seorang penumpang bemo, jumlah susteran di Ruteng ada 40. Sayangnya dia tidak mengetahui susteran yang menerima tamu untuk menginap. Syukurlah, supir bemo mengetahuinya meski pada awalnya kami tidak yakin dia telah mengantar kami ke tempat yang tepat. Kami diturunkan di biara Bunda Maria Berduka. Ternyata supir bemo itu benar. Biara itu memang biasa menerima pengelana seperti kami. Menurut salah satu suster, tidak banyak orang Ruteng yang mengetahui bahwa biara ini menyediakan tempat bagi tamu untuk menginap, namun supir-supir mobil sewaan dari luar kota umumnya mengetahuinya.

Biara Bunda Maria Berduka terletak di tepi jalan A. Yani, di bagian timur kota Ruteng. Dari jalan raya, kami harus berjalan sedikit menanjak untuk mencapai bangunan biara. Di sebelah kanan jalan masuk ada taman yang terawat dengan patung salib dan Bunda Maria sedang menangis di sudutnya.

Ada 3 bangunan di biara ini. Bangunan utama terdiri dari 2 lantai, di dalamnya ada ruang ibadah, kamar-kamar biarawati dan kamar-kamar untuk tamu menginap. Bangunan kedua juga terdiri dari 2 lantai, berisi kamar-kamar biarawati dan ruang makan tamu. Bangunan terakhir terletak di bagian belakang dan merupakan bagian paling tinggi. Bangunan ini digunakan sebagai asrama murid-murid SMA dan mahasiswi. Di antara bangunan-bangunan terdapat taman-taman yang indah dan terawat.

Kamar yang disediakan untuk menginap terletak di bagian belakang bangunan utama. Karena kontur tanah yang berbukit, bagian belakang bangunan ini merupakan bangunan berlantai 1 yang menyatu dengan lantai 2 bangunan bagian depan. Bangunan ini terdiri dari beberapa kamar dengan daya tampung bervariasi, mulai dari kamar untuk 1 dan 2 orang dengan tempat tidur terpisah hingga kamar luas dengan 1 buah tempat tidur dobel. Setiap kamar memiliki kamar mandi tersendiri dengan fasilitas air panas. Semua kamar tampak bersih, rapi dengan sirkulasi udara yang baik sehingga nyaman sebagai tempat beristirahat.

Bila kita melihat dari tempat manapun di biara ini ke arah depan, maka akan terlihat kota Ruteng yang terletak di bagian bawah dikelilingi bukit-bukit hijau. Pemandangan yang sangat indah. Rasanya tak bosan-bosannya menatap dan menikmati keindahan panoramanya. Meski tidak sama seperti kota Aigen, tempat keluarga von Trapp, keluarga penyanyi dalam film The Sound of Music, aku membayangkan tempat ini sama indahnya.

Ruteng dan biara Bunda Maria Berduka ...
Tempat yang sejuk, indah dan penuh rasa cinta...

1 Response to "Ruteng, kota indah di pegunungan dengan 40 susteran"

  1. Anonim Says:
    17 Maret 2011 pukul 14.43

    banyak biara di sana ..hebat duunk...semoga tidak hanya mencari anggota saja

Posting Komentar