THE BRIDGE ON THE RIVER KWAI dan sekitarnya

Kanchanaburi adalah sebuah kota dengan suasana pedesaan yang terletak di sebelah barat kota Bangkok dan berbatasan dengan Myanmar. Ada sebuah tempat yang menarik kami di sini sehingga masuk ke dalam jadwal cuti kami selama di Thailand, yaitu Bridge on the River Kwai. Jembatan ini merupakan sebagian rel kereta api sepanjang 415 km yang dibangun pada masa Perang Dunia II untuk menghubungkan Thailand dengan Myanmar. Jembatan itu sempat diledakkan pada masa Perang Dunia II sehingga disebut juga sebagai Death Railway. Setelah perang usai, jembatan dibangun kembali dan hingga kini masih kokoh dan digunakan untuk napak tilas. Ada kereta api yang sewaktu-waktu melewati rel di jembatan itu.

Kami berjalan menyusuri jembatan ini dari ujung ke ujung. Setiap beberapa meter, jembatan melebar untuk memberi tempat bagi pejalan kaki untuk berhenti menikmati pemandangan di sekitar atau untuk menepi apabila ada kereta api yang akan lewat. Kereta api akan lewat dengan kecepatan yang sangat lambat, tidak memungkin terjadinya tabrakan kereta dengan pejalan kaki yang menyusuri rel. Bahkan orang dapat berfoto dahulu di depan kereta api yang berjalan sebelum menepi.

Ada sensasi yang tak teruraikan dengan kata-kata pada saat menyusuri jembatan itu. Menjelang ujung barat jembatan, ada pengamen yang memainkan Colonel Bogey March dengan biolanya dan sepertinya sengaja dibuat sedikit fals untuk menciptakan suasana mencekam. Saat berada di tengah jembatan, kereta, tiba-tiba aku teringat cerita tentang suami Mak Tiok yang hilang pada jaman Jepang dulu dan kabar burung yang mengatakan beliau dibawa ke Burma untuk kerja paksa. Untuk pembangunan rel kereta yang membentang inikah?


Tidak jauh dari jembatan ini, ada Museum Perang Dunia II. Sebuah museum yang berisi segala macam benda peninggalan masa Perang Dunia II, mulai dari mesin tik, baju seragam, senjata, mobil, cangkir, uang hingga dental unit. Sayangnya, museum ini tidak terawat dan tidak tertata dengan baik. Banyak benda-benda yang sudah karatan, berdebu dan digeletakkan begitu saja dalam suatu lemari kaca. Benda yang ada dalam satu lemari bisa saja berbeda jenisnya, misalnya teko berjejer dengan seragam tentara. Dental unit yang tidak terlalu kuno terpampang dalam keadaan penuh karat tidak terurus. Padahal jenis yang sama masih kugunakan di akhir tahun 80-an di poliklinik gigi Universitas Trisakti!

Di museum ini juga ada patung-patung, gambar dan diorama yang menggambarkan keadaan pada masa perang, khususnya diorama tentang proses pembuatan jembatan rel kereta api yang melintas di Sungai Kwai.

Di gedung yang berlantai 3 ini, terdapat galeri seni dan museum pra-sejarah. Satu lantai digunakan untuk memajang baju-baju tradisional dan baju-baju yang digunakan oleh Putri -Putri Thailand. Dindingnya dihiasi gambar wajah Putri-Putri Thailand mulai dari sekitar tahun 1930-an hingga tahun 2000-an. Kalau boleh berkomentar, museum ini betul-betul acak-ablak, tidak jelas. Ke-acak-ablak-an makin terasa ketika kami menjumpai seekor iguana yang terikat di halaman dan menjadi obyek foto turis. Tidak jauh dari iguana ada sebuah kotak dana!

Ada beberapa tempat lagi di Kanchanaburi yang kami kunjungi, yaitu pasar terapung dan tiger temple sebelum kami mencapai jembatan rel kereta dan museum yang kuceritakan di atas. Malamnya, kami menginap di Kitti Raft yaitu sebuah hotel rakit yang berada di sungai Kwai. Sebenarnya ada beberapa tempat wisata alam di Kanchanaburi, namun kami hanya sempat mengunjungi 2 buah air terjun.



Saiyok Damnoen Saduak Floating Market

Sesuai dengan namanya, ini adalah pasar terapung di kanal Damnoen Saduak. Kanal ini dibuat oleh Raja Rama IV untuk menghubungkan Sungai Mekong dan Sungai Taachin. Buku Lonely Planet menganjurkan untuk mengunjungi pasar terapung ini pada pagi hari untuk melihat kegiatan pasar sesungguhnya. Sayangnya, kami datang di siang hari karena mengikuti paket tour dari Bangkok. Yang kami dapati di sana adalah pasar terapung untuk turis. Sebetulnya pasar ini tidak menarik, karena pasar terapung ada juga di Indonesia. Bahkan lebih besar. Bandingkan saja ukuran lebar Sungai Barito dan lebar kanal Damoen Saduak. Namun, karena kami belum pernah melihat pasar terapung, ya kami mampir juga. Karena namanya floating market, ya.... kami menyewa perahu untuk melihat pasar itu. Senang juga mendapat pengalaman membeli spring roll di perahu lain dengan cara berteriak kepada pemilik perahu yang menjual spring roll kemudian bertabrakan dengan perahu lain dalam usaha mendekati "perahu spring roll". Setelah perahu selesai menyusuri kanal, kami menyadari ternyata tanpa perahupun, pasar ini dapat dikelilingi. Pasar ternyata ada di daratan yang dikelilingi oleh kanal! Perahu pedangang yang ada di kanal hanya sedikit dibanding yang ada di daratan. Barang yang dijualpun tidak istimewa, seperti di pusat-pusat turis lainnya, Kao San Street misalnya. Mungkin karena memang pasar sesungguhnya yang berlangsung pagi hari sudah bubar.

Tiger Temple (Wat Pha Luang Ta Bua)

Ada yang khas pada Tiger Temple dibandingkan kuil-kuil Budha lain yang ada di Thailand, kuil ini dihuni tidak hanya oleh pertapa Budha tapi juga harimau. Di kuil ini dijumpai banyak harimau yang cukup jinak sehingga dapat disentuh. Harimau-harimau ini sudah dijinakkan, artinya tidak pernah diberi makan daging mentah. Meski demikian, kewaspadaan tetap diperlukan. Pakaian merah tidak boleh digunakan di kuil ini kalau tidak ingin menjadi mangsa harimau-harimau yang pada dasarnya liar ini.

Untuk mencapai tempat ini, kami harus berjalan masuk ke sebuah lembah tempat belasan harimau dewasa terikat. Ada beberapa relawan yang siap menemani turis yang datang. Satu orang turis akan didampingi oleh satu relawan. Ada juga relawan yang membuat foto serta video, sesuai dengan keingingan turis. Di lembah ini, kami dapat membelai atau sedikitnya berfoto di sebelah harimau. Sebuah pengalaman yang mendebarkan! Di lokasi lain tidak jauh dari lembah, ada sekumpulan anak-anak harimau yang terlihat menggemaskan. Yang menyebalkan, video yang berisi rekaman aku membelai harimau-harimau hilang! Sementara foto-fotoku bersama harimau nyaris tidak ada, karena relawan yang memegang kamera foto hanya mengambil gambar guru hebatku dan balerinaku. Hiks! Namun, meski tanpa gambar, ada kebanggaan tersendiri bahwa aku pernah membelai harimau.

Kitti Raft

Kitti Raft adalah salah satu penginapan di atas rakit yang didirikan di tepi sungai Kwai. Pengalaman bermalam di tepi sungai merupakan sesuatu yang berkesan karena unik. Jumlah kamar tidak lebih dari 20 buah, semuanya menghadap ke sungai. Dinding bambu dan lantai kayu memberi kesan alamiah, sesuai dengan pemandang alam indah yang dapat dinikmati dari teras kamar berupa bukit-bukit dengan pepohonan hijau di sekitar sungai. Jauh dari keributan mesin mobil atau mesin lainnya. Yang terdengar hanyalah suara binatang-binatang dari balik daun-daun pepohonan. Bahkan suara airpun hanya terdengar sesekali, saat ada perahu lewat. Tempat yang tepat untuk menyepi.

Kupikir..... rute Kanchanaburi merupakan salah satu rute cuti kami tahun ini yang berkesan mendalam.

Melinda

2 Response to "THE BRIDGE ON THE RIVER KWAI dan sekitarnya"

  1. Anonymous Says:
    7 Desember 2009 pukul 07.14

    Permisi...salam kenal...
    saya nemu blog ini secara gak sengaja waktu lagi googling soal tiger temple.
    Akhir tahun ini saya mau ke Thailand dan berminat bgt untuk tour ke kanchanaburi. Berhubung propinsi ini sudah jauh di luar bangkok,apakah dapat ditempuh dgn kendaraan umum atau harus mengambil paket tour dr Bangkok?
    kalau boleh tau waktu itu mbak mel mengambil paket tour dr mana ya? harganya berapa?
    terima kasih...

  2. Melinda says:
    7 Desember 2009 pukul 13.51

    Salam kenal juga. Saya tidak tahu apakah ada kendaraan umum dari Bangkok ke Kanchanaburi. Mungkin ada kereta api atau bis. Rasanya sih bisa dicari lewat internet. Dulu saya ambil paket tour dari Bangkok, tapi saya tidak ingat nama perusahaannya. Di daerah Kao San (tempat turis) banyak travel agent. Jadi bisa banding-banding harga dulu. Tour 2 malam ke Kanchanaburi, termasuk akomodasi plus makan 3 kali/hari sekitar 4000 baht.
    Mudah-mudahan info ini berguna.

Posting Komentar