TEKAD DAN KENEKADAN MEMBAWA KAMI KE THAILAND

Kalau tahun ini kami dapat melalui hari-hari cuti di Thailand, itu adalah tekad yang sudah dibuat sejak 9 bulan sebelumnya. Sebuah tekad yang dibuat berdasarkan suatu kenekadan. Secara kebetulan, pada bulan Oktober tahun lalu, kami menemukan iklan promosi Malaysia Airlines untuk penerbangan di ASEAN. Berbekal pengalaman traveling ke Vietnam dengan modal dengkul, kami nekad membeli tiket Jakarta - Kuala Lumpur - Bangkok dan Kuala Lumpur - Jakarta. Dengan modal tiket murah untuk penerbangan pulang-pergi itulah, kami bertekad, dalam liburan kenaikan kelas tahun ini harus traveling ke Thailand!

Kami menyadari bahwa keputusan membeli tiket itu adalah nekad beberapa hari setelah tiket di tangan. Ada kerusuhan di Bangkok! Turis-turis terpaksa tidur di bandara karena kota Bangkok dipenuhi demonstran. Kerusuhan yang tidak berlangsung lama. Tekad kami tetap bulat, apalagi setelah Meiling yang tinggal di Bangkok mengatakan, bahwa demonstrasi hanya terjadi di tempat-tempat tertentu dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari, apalagi pariwisata.

2 bulan sebelum berangkat, Aurima memutuskan untuk mengikuti lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR). Ternyata salah satu tahap yang akan dilalui adalah karantina yang akan diadakan pada sekitar pertengahan bulan Juni. Suatu kesempatan belajar yang tidak boleh disia-siakan. Tentunya kami harus mendukung niatnya dan tidak boleh menghalanginya hanya gara-gara tiket yang sudah dibeli. Untuk kedua kalinya, kami menyadari keputusan kami waktu itu memang nekad.

3 minggu sebelum waktu keberangkatan yang tercantum di tiket, ada perubahan jadwal lomba KIR. Waktu pengumpulan karya tulis diundur, dengan demikian waktu karantina juga diundur. Tekad yang sempat memudar, muncul kembali. Rasid mulai menyusun rencana rute traveling.

1 minggu kemudian.... ada kerusuhan lagi di Thailand! Kali ini bahkan SBY pun tidak bisa masuk kota Bangkok! Tapi kami tetap nekad dan bertekad pergi. Kami yakin, negara yang sangat mengandalkan dunia pariwisata ini tetap aman bagi pariwisata.

Hingga tiba harinya! Kami berangkat!

Dalam pesawat yang membawa kami dari Kuala Lumpur ke Bangkok, kami membaca berita tentang wabah swine flu di Thailand. Dalam 3 hari, jumlah penderita swine flu di Thailand meningkat 3 kali lipat! Tapi tidak ada yang mampu mencegah kami mendatangi daerah wabah itu, karena pesawat sudah berada di udara.

2 jam kemudian, kami tiba di Bangkok. Kami menjumpai petugas-petugas imigrasi, orang-orang lalu lalang yang mengenakan masker pelindung di wajahnya. Kami harus melalui alat pendeteksi suhu tubuh, mengisi formulir data kesehatan. Kami menjumpai petugas-petugas kesehatan yang membawa tensimeter. Suasana seperti ini sedikit membuatku sedikit paranoid ketika mendengar orang bersin, batuk, menyisih ingus di bis yang membawa kami ke Khaosan. Apakah salah satu dari mereka membawa virus H1N1?

Wuiiiihh..... nekad betul ya kami waktu beli tiket 9 bulan yang lalu..... Kami sudah ada di Thailand dan sayang sekali kalau kami tidak melanjutkan traveling kami. Kami bertekad untuk nekad jalan teruuuuussssss.....

Ada beberapa pengalaman nekad dan tekad yang kami lalui selama di Thailand. Misalnya, ketika kami mengubah rencana menginap 1 malam lagi di Bangkok setelah perjalanan kembali dari Kanchanaburi. Dalam perjalanan menuju Bangkok, berdasarkan percakapan dengan beberapa turis seperjalanan, kami nekad memutuskan turun di Stasiun Kereta Api Hualamphong agar malam itu kami bisa langsung melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Menghemat waktu 1 malam. Sebetulnya bukan kenekadan yang asal nekad, sebab kami sempat membuat pertimbangan dan rencana. Dengan naik kereta api, kami menghemat waktu 1 hari. Agar nyaman, kami menggunakan sleeper train.

Lalu, ketika berada di Koh Samui, kami bertekad menaiki angkutan umum untuk mengelilingi pulau untuk merasakan sensasinya meskipun ada yang menganjurkan untuk menyewa taksi untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Gara-gara nekad naik angkutan umum, kami sempat ditipu oleh supir angkutan umum yang membawa kami ke air terjun Hin Lat bukan ke air terjun Namuang yang kami inginkan.

Kemudian, di tempat transit minibus yang akan membawa kami ke Krabi, pada saat-saat terakhir kami nekad mengubah tujuan semula, Pantai Railay menjadi Pantai Ao Nang. Nekad yang ternyata berbuah manis, karena Ao Nang memang tempat yang ideal bagi kami. Dari Ao Nang kami bisa menyeberang ke pantai-pantai atau pulau lain, termasuk ke pantai Railay yang meskipun masih berada di dataran benua Asia, ternyata hanya bisa bisa diakses dengan perahu, terisolir, sehingga biaya hidup pun lebih tinggi dibanding Ao Nang.

Masih ada beberapa kenekadan yang diambil serta tekad untuk membuat cuti menjadi hal yang menyenangkan. Tapi yang pasti, bukan nekad yang membuatku berdekatan dengan kematian di Hin Lat, tapi tekad untuk bertahan hiduplah yang membuatku saat ini masih bisa menulis di sini.

Melinda

1 Response to "TEKAD DAN KENEKADAN MEMBAWA KAMI KE THAILAND"

  1. Liani Says:
    3 Juli 2009 pukul 23.58

    Hah.. bab pertamanya kok menegangkan...
    Jadi gak sabar nunggu bab-bab berikutnya...

Posting Komentar