,
Oleh: Rasid Rachman
Beda antara bepergian sendiri dan ikut biro wisata adalah pada persiapannya. Ikut biro wisata, kita ga perlu menyiapkan jadwal perjalanan; tinggal ikut aja kemana biro itu membawa kita sesuai kesepakatan. Kalau pergi sendiri, kita harus memilih tempat2yang hendak kita kunjungi.
Pemilihan itu bukan hanya harus sesuai dengan selera, tetapi hal2 lain juga, semisal waktu, kantong, jarak, transportasi, dsb. Maklum, tidak ada jaminan dapat tiba di lokasi, atau dapat kendaraan penghantar, dapat guide, dsb. Setiap lokasi wisata, terutama yang ”aneh2” memiliki kendalanya sendiri. Misalnya di Flores, kendaraan umum tidak berjalan setiap hari. Syukur2 ada bis setiap hari. Bis Bajawa ke Riung hanya sekali sehari, sehingga banyak makan waktu.
Jadi setiap kali kami bepergian, jauh2 hari kami mempersiapkan segala sesuatu, hingga hal2 kecil dan remeh temeh.
Yang pertama adalah tujuan atau tiket murah – mana yang lebih dulu, kami bingung juga. Kadang2 ada promo tiket murah ke suatu tempat, kami tertarik, lalu buru2 menjadikan destinasi itu sebagai lokasi tujuan wisata. Atau kadang2 kami sudah menentukan tujuan wisata, baru kami cari2 tiket. Yang terakhir ini pasti harga tiket ga bisa kompromi. Waktu ngebet mau ke Komodo, Rinca, dan Flores tahun 2010, mau tidak mau kami dapat tiket agak mahal. Yang enak memang adalah pas ada tiket promo yang sesuai dengan tempat tujuan wisata kami, tetapi tidak jarang.
Tiket dan lokasi sudah di tangan, tinggal waktu kunjungan; berapa lama dan tanggal apa saja. Biasanya, waktu kunjungan bukan hal yang terlalu besar, karena memang sudah standar masa cuti kami 2 pekan. Paling2 memperkirakan kapan Aurima mulai libur atau masuk sekolah. Lalu memperkirakan kapan aktivitas tersibuk di gereja, atau kapan persidangan atau perkuliahan mulai lagi. Untuk ini, walaupun kami anggap ringan, tetapi tokh beberapa kali kelabakan juga.
Selesai tahap pertama. Ini sudah kami selesaikan 7-10 bulan sebelum waktu pelaksanaannya. Maklum, profesi dan kantong saya menuntut persiapan2 dasar ini, karena tidak bisa dadakan.
Tahap berikutnya adalah kala 4–1 pekan sebelumnya. Nah ini butuh konsentrasi karena harus membaca buku2 panduan, semacam lonelyplanet, seluruh negeri tujuan. Maklum, perkunjungan kami ke suatu negeri asing mungkin cuma sekali ini saja, sehingga kami harus tahu dulu objek2 wisata di tempat itu. Setelah tahu, barulah kami memilih dengan banyak pertimbangan. Ya jarak dan waktu tempuh, nilai2 yang menarik di tempat2 tersebut, kendalanya, keamanannya, persiapan kami sendiri, dsb. Misalnya, sekalipun ingin sekali menjelajah di hutan lindung barang 2-3 malam atau mendaki gunung Rinjani, namun harus tahu diri karena persiapan fisik dan perlengkapan kami belum mendukung. Jadilah pilih yang fun2 saja.
Kami juga menjelejah info2 terbaru internet. Ini sangat membantu, supaya kami dapat meminimalkan kendala dan hal2 yang mungkin terlewatkan – sekalipun ini tidak dapat dihindari oleh kami.
Setelah membaca dan memilih, kami buat itinerary-nya. Mulai dari pemberangkatan dari rumah hingga waktu ketibaan di lokasi tujuan. Pendajwalan ini penting supaya kami tidak buang2 waktu, yang ujung2nya buang2 biaya kagak karuan, dan penggunaan waktu yang efektif. Juga supaya kami tidak kehabisan waktu, sehingga ketinggalan pesawat kembali ke rumah. Ini hampir kami alami waktu hari cuti terakhir tahun 2009. Dari Penang kami berencana naik bis paling pagi ke Kualalumpur, supaya bisa langsung naik pesawat balik ke Jakarta pukul 16.00. Sebetulnya tukang tiket sudah menjamin bahwa kami tiba di Kualalumpur sebelum pukul 13.00. Namun sebelum pemberangkatan bis di Penang, tukang tiket yang lain panik sendiri. Dia mengoceh yang membuat kami juga ikut panik: ”Wah, awak terlalu buru2. Bis ini baru tiba di Kualalumpur sekitar pukul 15.00, lantas belum lagi awak harus cari taksi menuju bandara sekitar 1 jam lebih. Terlambatlah awak!” Maka kami pun terpengaruh tidak nyaman selama perjalan di bis, namun memang ga bisa apa2 lagi. Untungnya masih ada sedikit penghiburan, orang tadi mengaku bahwa ia bukan seorang yang biasa bepergian. ”Mana dia tahu banyak tentang waktu perjalanan,” pikir kami. Betul, kami tiba di Kualalumpur pukul 12.30, bisa langsung – sekalipun tetap ketar-ketir – naik bisa menuju bandara. Kami berlari2 di bandara yang besar itu, ketika cek-in, petugasnya masih santai2 dan sangat lancar.
Menulis rencana perjalanan ini juga penting untuk mendapatkan tempat tinggal. Biasanya kami tidak memakai sistem booking, karena lebih bebas. Pengalaman di Hue, kami booking dari Hanoi, justru dapat tempat yang bukan hanya lebih mahal, tetapi juga lebih jauh dari kampung turis. Lokasi atau nama hotel cukup penting, mengingat petugas imigrasi sesekali bertanya tentang tempat tinggal kita.
Beberapa hari menjelang pemberangkatan, kami menyiapkan perlengkapan. Ransel, gunting kuku, korek kuping, perlengkapan selam dan renang, pakaian2 siap buang (kami biasa membuang kaos, celana, handuk, pakaian dalam, celana renang, kaos kaki, dsb. ketika jalan2) setelah digunakan sekali lagi terakhir kali, buku panduan dan bacaan, paspor, tiket, kamera, video, sepatu hiking, obat2an, chargers, duit, dsb. Kalau transit, kami juga menyiapkan makanan dari rumah untuk selagi menunggu. Biasanya perlengkapan2 kami bertiga itu masuk ke dalam satu ransel besar, satu ransel tengahan, dan satu ransel kecil. Ketika pulang, banyak pakaian tidak terbawa lagi karena sudah dibuang; agak ringan.
Memang agak repot, tetapi asyik. Dengan membaca seluruh negeri kunjungan, kami menjadi jadi bagian2 mana yang asyik2 juga, bagian2 mana yang tidak sempat kami kunjungi kali ini. Siapa tahu suatu saat nanti, kami kembali lagi ke sana dan mengunjungi bagian2 lain di negeri itu.
0 Response to "SIAP2 TRAVELING ALA BACKPACKER"
Posting Komentar