HO CHI MINH CITY, KAMI DATANG LAGI !


Melinda

Jam setengah delapan malam kami mendarat di bandar udara Tan Son Nhat, Ho Chi Minh City. Semua berjalan lancar. Kami merasa disambut dengan baik begitu memasuki gedung bandar udara. Tidak perlu mengisi kartu imigrasi. Loket imigrasi jumlahnya sangat banyak, apalagi jika dibandingkan dengan bandar udara Soekarno Hatta. Petugas imigrasi tidak berbelit, Toilet yang bersih. 

Di luar bandar udara. Berbekal pengalaman 3 tahun yang lalu, kami lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi supir taksi. Menurut teman-teman di milis Indonesia backpacker, taksi yang direkomendasikan adalah Vinasun dan Mailinh karena menggunakan argometer. Kemudaian harus waspada karena banyak taksi dengan nama yang mirip-mirip, misalnya vina Taxi. Biaya sekitar 150 hingga 200 ribu Dong untuk mencapai Pham Ngu Lao.Dengan informasi-informasi ini, kami segera menolak sopir-sopir yang menawarkan taksinya di luar rambu-rambu di atas. Mata kami terus mencari tulisan Vinasun dan Mailinh di badan taksi-taksi yang diparkir. 

Tiba-tiba ada seorang perempuan dengan pakaian khas Vietnam sedang mengatur penumpang menaiki taksi. Gayanya mirip petugas Blue Bird Taxi di Jakarta.Rupanya dia adalah petugas Saigon Airport Corporation. Kami memilih naik taksi ini setelah mengetahui biaya sampai Pham Ngu Lao 160 ribu Dong. Dich vu Taxi, Tidak ada di dalam daftas taksi yang direkomendasikan teman-teman…hehehe….

Dalam perjalanan, kami tidak merasa asing. Beberapa sepeda dan motor dalam jumlah sangat besar memenuhi bagian depan jalan yang sedang menunggu lampu merah, Mobil-mobil ngebut dan ogah menginjak rem meramaikan jalan-jalan di kota ini, Ada sedikit perbedaan dibanding 3 tahun lalu. Kami melihat banyak perempuan bercelana pendek dan berpotongan rambut sebahu menaiki motor. 3 tahun yang lalu, penampilan perempuan lebih tradisional : berambut panjang diikat seperti buntut kuda dan berpakaian tertutup. 

Di sepanjang jalan banyak kedai-kedai dengan kursi-kursi kecil dan meja makan digelar di depan kedai, berikut tempat sampah yang tersedia di bawah tiap meja. Di beberapa tempat kami jumpai gerobak penjual hamburger ala Vietnam yang menggunakan roti panjang berkulit keras. 

Kami juga melewati Reunification Palace dengan lapangan luas di depannya tempat kami menghabiskan hari terakhir di Vietnam kami 3 tahun yang lalu. Banyak pasangan yang berpelukan di taman.

Sampai di Pham Ngu Lao, kami turun dari taksi. Supir hanya mengembalikan 20 ribu Dong ketika kami membayar 200 ribu Dong. (Menurut argometer, sebetulnya kami hanya harus membayar 120 ribu Dong). Yaahhhh…. ini tidak kami anggap penipuan, karena masih dalam batas wajar. 

Setelah meletakkan barang bawaan di hotel (hotel ini pernah kami pakai juga 3 tahun yang lalu), kami makannnnnn…..PHO!... makanan favorit kami di sini! Lagi-lagi kami terpesona dengan rasanya, Rasa kaldu daging yang bercampur dengan berbagai aroma daun-daunan segar yang dicemplungkan ke dalam kaldu panas. Daun-daunan yang tidak kami tahu namanya. Salah satunya adalah daun seukuran daun kemangi dengan tepi bergerigi, batang daun agak keras berwarna merah coklat dan berbau seperti minyak telon. Mirip daun pakpahan yang biasa dilalap di Indonesia. Kemudian ada lagi daun panjang berbau khas, taoge dan daun bawang. 

Malam ini rasa kangen kami dengan suasana kota Ho Chi Minh City cukup terpuaskan. 

0 Response to "HO CHI MINH CITY, KAMI DATANG LAGI !"

Posting Komentar